Sannakji adalah salah satu hidangan ekstrem dari Korea Selatan yang terkenal di seluruh dunia. Hidangan ini tidak hanya terkenal karena kelezatannya tetapi juga karena cara penyajiannya yang tak biasa, yakni berupa potongan-potongan gurita hidup yang masih bergerak di piring saji. Bagi sebagian orang, sannakji dianggap sebagai pengalaman kuliner yang unik dan menantang, namun bagi yang lain, ini bisa jadi pengalaman yang cukup menakutkan. Namun, di Korea Selatan, sannakji adalah salah satu makanan yang cukup populer dan sering dicari oleh wisatawan yang penasaran dengan keberaniannya untuk mencoba sesuatu yang benar-benar berbeda.
Apa Itu Sannakji?
Sannakji adalah hidangan yang terbuat dari bayi gurita (nakji) yang disajikan dalam keadaan masih hidup atau setidaknya masih bergerak saat dihidangkan. Dalam bahasa Korea, “san” berarti hidup, sehingga “sannakji” bisa diartikan sebagai gurita hidup. Dalam penyajiannya, gurita kecil ini biasanya dipotong-potong dan dibumbui dengan minyak wijen serta biji wijen untuk menambah cita rasa. Potongan-potongan tentakel gurita yang bergerak-gerak di piring menjadi daya tarik utama dari hidangan ini.
Gerakan tentakel yang masih hidup disebabkan oleh aktivitas sel dan saraf gurita yang masih aktif meskipun gurita sudah tidak bernyawa. Ini memberikan sensasi unik saat dikonsumsi, karena potongan tentakel tampak seolah-olah menari di piring, membuat banyak orang terkejut sekaligus penasaran untuk mencicipinya.
Sejarah dan Budaya di Balik Sannakji
Sannakji tidak sekadar makanan ekstrem bagi sebagian masyarakat Korea Selatan, tetapi juga merupakan bagian dari budaya kuliner yang berakar pada kebiasaan masyarakat pesisir yang terbiasa mengonsumsi makanan laut segar. Di masa lalu, penduduk yang tinggal di sepanjang pantai Semenanjung Korea memiliki akses yang melimpah ke hasil laut. Tradisi memakan makanan laut segar, termasuk gurita hidup, muncul sebagai cara untuk merayakan kesegaran tangkapan laut tersebut.
Selain itu, sannakji memiliki makna penting dalam budaya kuliner Korea, di mana masyarakatnya memiliki hubungan khusus dengan laut sebagai sumber daya alam yang kaya. Mereka percaya bahwa menyantap makanan laut dalam keadaan segar adalah cara terbaik untuk merasakan keaslian dan cita rasa alami dari bahan makanan tersebut. Hal ini juga tercermin dalam cara penyajian makanan laut mentah lainnya, seperti sashimi versi Korea, yang dikenal sebagai “hwe.”
Cara Penyajian dan Pengalaman Makan Sannakji
Untuk menyajikan sannakji, gurita kecil yang masih hidup diambil dari tangki, dibersihkan, kemudian dipotong-potong menjadi beberapa bagian. Potongan tentakel ini masih memiliki aktivitas refleks, sehingga gerakan pada tentakel masih terlihat ketika dihidangkan. Sannakji biasanya disajikan dengan minyak wijen yang wangi dan biji wijen untuk menambah cita rasa. Beberapa restoran juga menyertakan saus pedas atau gochujang (pasta cabai Korea) sebagai pendamping, sehingga menambah dimensi rasa dalam setiap gigitan.
Sensasi saat menyantap sannakji adalah salah satu pengalaman yang tidak terlupakan bagi banyak orang. Potongan tentakel yang masih bergerak memberikan sensasi unik ketika dimasukkan ke dalam mulut. Anda mungkin akan merasakan tentakel yang “menempel” di lidah atau langit-langit mulut karena adanya alat hisap di sepanjang tentakel gurita. Sannakji bisa menjadi tantangan tersendiri karena pergerakan ini membuat Anda harus berhati-hati saat mengunyahnya.
Karena teksturnya yang kenyal dan gerakannya yang tidak biasa, sannakji memberikan sensasi tersendiri bagi mereka yang ingin mencoba makanan ekstrem. Hidangan ini juga sering kali diabadikan dalam berbagai acara televisi kuliner atau media sosial sebagai salah satu tantangan kuliner unik yang hanya bisa ditemukan di Korea.
Tips Aman Menyantap Sannakji
Meskipun sannakji populer di kalangan pecinta kuliner ekstrem, hidangan ini juga memiliki tantangan dan risiko tersendiri. Potongan tentakel yang masih bergerak bisa tersangkut di tenggorokan karena alat hisap yang menempel pada permukaan mulut atau tenggorokan, sehingga bisa menyebabkan tersedak. Oleh karena itu, bagi orang yang baru pertama kali mencoba sannakji, ada beberapa tips yang perlu diperhatikan agar dapat menyantap hidangan ini dengan aman:
- Kunyah Perlahan: Pastikan Anda mengunyah sannakji dengan benar hingga tentakel benar-benar hancur sebelum ditelan. Mengunyah perlahan juga membantu menghilangkan daya hisap pada tentakel sehingga lebih aman saat ditelan.
- Gunakan Saus: Celupkan tentakel ke dalam minyak wijen atau saus yang disediakan agar tentakel lebih licin dan mudah ditelan. Saus juga bisa membantu melemahkan alat hisap pada tentakel sehingga tidak terlalu menempel pada permukaan mulut.
- Makan dalam Potongan Kecil: Jika Anda merasa ragu atau khawatir, mintalah potongan yang lebih kecil pada pelayan atau potong lagi tentakel menjadi bagian yang lebih kecil sebelum dimakan.
- Nikmati dengan Pendamping: Sannakji biasanya disajikan bersama minuman tradisional Korea seperti soju. Menikmati sannakji dengan minuman dapat membantu menurunkan rasa khawatir dan membuat pengalaman makan menjadi lebih santai.
Popularitas Sannakji di Dunia Internasional
Sannakji telah menarik perhatian dunia internasional berkat popularitas budaya Korea, terutama melalui acara kuliner dan media sosial. Banyak acara wisata kuliner atau program televisi internasional yang menampilkan sannakji sebagai hidangan ekstrem yang menarik perhatian. Bagi wisatawan asing, mencicipi sannakji sering kali menjadi bagian dari “daftar tantangan” yang harus dicoba saat mengunjungi Korea.
Para pecinta kuliner ekstrem dari berbagai negara datang ke Korea untuk merasakan pengalaman menyantap sannakji, dan tak jarang mereka membagikan pengalaman tersebut di platform media sosial. Banyak yang menganggap pengalaman mencoba sannakji sebagai bagian dari petualangan kuliner, meskipun tidak sedikit yang merasa gugup atau bahkan enggan mencobanya. Popularitas sannakji di luar negeri semakin meningkat seiring dengan popularitas Hallyu Wave atau Gelombang Korea, yang membawa berbagai elemen budaya Korea, termasuk kuliner, menjadi semakin dikenal dan diminati.
Kontroversi dan Etika di Balik Sannakji
Meskipun sannakji menjadi daya tarik kuliner, tidak dapat dipungkiri bahwa hidangan ini juga menuai kontroversi, terutama dari sudut pandang etika. Bagi sebagian orang, menyantap gurita hidup dianggap sebagai tindakan yang tidak manusiawi dan menimbulkan rasa tidak nyaman. Beberapa kelompok pecinta hewan berpendapat bahwa hidangan seperti sannakji seharusnya tidak disajikan karena mengonsumsi hewan yang masih hidup dianggap menyakitkan bagi hewan tersebut.
Namun, di Korea, sannakji dipandang sebagai bagian dari budaya kuliner tradisional dan cara untuk menghargai hasil laut yang segar. Para penggemar sannakji berpendapat bahwa hidangan ini adalah bentuk apresiasi terhadap bahan makanan segar, yang sejalan dengan tradisi kuliner lokal yang mengedepankan keaslian rasa.
Sannakji adalah salah satu hidangan yang tidak hanya menawarkan pengalaman kuliner yang unik, tetapi juga memberi kita wawasan tentang tradisi kuliner Korea yang kaya dan beragam. Bagi banyak orang, sannakji bukan hanya sekadar hidangan, tetapi tantangan yang menguji keberanian dan ketegangan dalam menyantap makanan. Mengalami hidangan ini secara langsung memungkinkan kita untuk lebih memahami dan menghargai cara masyarakat Korea menikmati makanan laut segar.
Namun, di balik popularitasnya, sannakji tetaplah hidangan yang memerlukan kehati-hatian dalam penyajiannya. Dengan popularitasnya yang terus meningkat di kalangan wisatawan internasional, sannakji menjadi salah satu ikon kuliner ekstrem dari Korea Selatan yang membawa tantangan tersendiri bagi para pecinta kuliner.
Bagi mereka yang mencari pengalaman kuliner yang benar-benar berbeda, sannakji adalah pilihan yang menarik dan penuh sensasi. Meski mungkin tidak cocok untuk semua orang, hidangan ini memperkaya pengalaman wisata kuliner dan menawarkan sepotong budaya Korea yang unik.